Sunday, December 29, 2013



Berazamlah untuk menjadi yang hamba Allah SWT yang terbaik. Bukan sahaja kepada diri sendiri tetapi juga seisi keluarga mendidik diri sendiri dan anak-anak untuk menjadi insan yang lebih baik pada masa hadapan.

Seperti kelaziman, tiba sahaja tahun baru, semua orang mula berazam. 1001 azam ditanam dengan harapan akhir tahun terlaksana segala-galanya. Tetapi malangnya, lebih banyak azam yang terbengkalai berbanding yang berjaya. Agar azam tahun ini berjaya, marilah kita mulakan azam dengan berazam untuk melaksanakan azam yang telah kita rancang sebaiknya. Kemudian, barulah diikuti oleh azam yang lainnya.

Secara peribadi, saya suka jika tahun baru ini kita para ibu bapa berazam menjadikan keluarga kita keluarga Islam yang sebenar-benarnya dan bukan Islam hanya pada status agama dalam Kad pengenalan sahaja. Marilah kita bersama-sama amalkan cara hidup mengikut sunnah dan Al-Quran. Kita tinggalkan masa lepas dan mulakan hidup baru.

Kepada keluarga yang sememangnya mengamalkan gaya hidup Islam, teruskan dan lakukan penambahbaikan dari semasa ke semasa. Tetapi kepada yang ingin berubah menjadi lebih baik dipersilakan. Walau bagaimanapun, sebelum melakukan sebarang perubahan, adakanlah perbincangan dengan setiap individu dalam keluarga. Terangkan apa bentuk perubahan yang ingin dilakukan dan minta pendapat mereka. Setelah berbincang dan mencapai kata sepakat, ajaklah semua bekerjasama memastikan azam yang ditanam berjaya dicapai.


Tuesday, December 24, 2013


Apa beda umur dan usia?
Sama saja kata temanku, umur ya usia berapa lama hidup didunia fana.

Ketika bertemu dengan teman baru setelah bertukar sapa, akhirnya saling bertanya berapa umur anda…. bukan berapa usia anda….

UMUR bertambah, USIA berkurang.

Tahun bertanbah...usia berkurang..berapa orang arang yang berpikir begitu...

Tapi umur dan usia adalah bersaudara, di inggris di ganti menjadi age.
How old you are,…? eh orang  selalu bertanya seberapa tua anda.
Apakah pertanyaan ini juga untuk remaja…? I dont care.
Jadi  ketika bertanya adalah adalah tua bukan muda.
Lucu ya Bahasa enggerish...

And what do you want in new year

Sesuai dengan resolusi tadi sore yang disampaikan sahabat sejatiku adalah bersabar saat tertekan, tersenyum disaat hati menangis, diam saat terhina, mempesona karena memaafkan, mengasihi tanpa beda, bertambah kuat didalam doa & pengharapan, sungguh sungguh & sabar dalam menegakkan kebenaran

Berjanji akan berubah menjadi lebih baik
Berjanji kepada diri sendiri akan berupaya bermanfaat bagi orang banyak
Sederhana tapi berat kalau tidak diluruskan niat setiap waktu
Yes, niat harus selalu diperbaharui….

dan amalan mesti ditingkatkan...
kebaikan dan kebajikan terus diperkuat..

IMAM Al-Ghazali pernah mengatakan bahwa dalam penciptaan dan penyusunan organ tubuh manusia, terdapat empat campuran sifat yang setiap saat saling bersenyawa antara satu dengan yang lain, yaitu: sifat binatang buas, sifat hewan, sifat setan, dan sifat ke-TUHAN-an. Manusia berperilaku seperti binatang buas, membenci, menyerang orang lain pada saat dikuasai oleh emosi dan amarah. Ketika ia dikuasai oleh hawa nafsu, ia akan berbuat seperti layaknya binatang, rakus, kikir, dan sejenisnya. Sedangkan keberadaan sifat ke-TUHAN-an pada diri manusia antara lain: menyenangi kekuasaan, keistimewaan, otoriter, bahkan menganggap dirinya mengetahui hakikat segala sesuatu.
Tatkala hawa nafsu menguasai hati manusia, maka setan akan mendapatkan ruang dan peluang menancapkan pengaruh di dalamnya. Jika hati mengarah pada *dzikrullah*, maka setan akan menjauh. Awal penguasaan setan terhadap hati adalah mengikuti kemauan syahwat. Cara untuk membersihkannya adalah pertama-tama dengan mengosongkan dari setan, membunuh hawa nafsu, untuk selanjutnya mengisinya dengan *dzikrullah* dan memasukkan pengaruh malaikat ke dalamnya.
Pada fitrahnya, hati manusia terbuka untuk menerima pengaruh dari malaikat maupun setan.Ketika pengaruh malaikat lebih kuat, ia akan meneladani akhlaq malaikat, di bawah pancaran Nur Ilahi. Sebaliknya, ketika pengaruh setan lebih dominan, maka perilaku yang tampak merupakan representasi sifat-sifat setan.
Alim ulama pun mengatakan bahwa pembersihan hati dari keterkaitan dengan manusia, menjauhi dorongan-dorongan jiwa, menempatkan sifat ruhaniyah dalam dirinya, selalu terkait dengan ilmu-ilmu hakikat serta mengikuti syari’at Rasulullah SAW“Barangsiapa telah membersihkan jiwanya dari kotoran, dan mengisinya dengan pemikiran-pemikiran, maka baginya tidak ada perbedaan antara emas dan besi.” demikian kata Sahl ibnu Abdillah al-Tustari, salah seorang ulama terkemuka.
Kebahagiaan dan amal kebajikan akan tetap bersama kita, jika diri kita dipenuhi denganPertama, hati yang bersih dan suci dari selain ALLAH SWT, seperti firmanNYA dalam QS. Al-Syu’ara: 89: “Kecuali orang yang mengharap ALLAH dengan hati yang lurus.” Kedua, hati yang dipenuhi dengan *ma’rifah* ALLAH, yang menjadi tujuan diciptakannya alam dan diutusnya para Rasul, sebagaimana firmanNYA dalam QS. Al-Qalam: 4: “Dan sesungguhnya engkau berada di atas budi pekerti yang luhur.” Serta di dalam QS. Fathir: 10: “…dan kepada-NYA ucapan-ucapan baik dan amal shalih itu naik.”
Hati manusia bagaikan kaca, sedangkan perangai buruk ibarat asap pekat gelap.Apabila asap itu singgah di hati, maka ia menggelapi jalan kebahagiaan. Sementara itu budi pekerti baik bagaikan cahaya pancaran sinar, sehingga jika ia sampai di hati, akan menjernihkan dari kepekatan maksiat.
Rasulullah SAW bersabda: “Iringilah yang buruk dengan yang baik, maka yang baik akan menghapuskannya.” Hati adakalanya bercahaya atau gelap gulita, yang selamat hanyalah orang-orang yang dikaruniai ALLAH hati yang baik.
ALLAH berfirman dalam Hadits Qudsi: “Wahai anak Adam, bila agama, daging, dan darahmu baik, maka baiklah amal, daging, dan darahmu. Janganlah menjadi lampu yang membakar dirinya dan menerangi orang lain. Keluarkanlah cinta duniamu dari hatimu, karena AKU tidak akan mengumpulkan cinta dunia dan cinta kepada-KU dalam satu hati untuk selamanya. Wajarlah dalam mencari rezeki, karena rezeki telah terbagi, dan orang yang berambisi terhadapnya tidak akan mendapatkannya. Bakhil adalah perbuatan tercela, sementara nikmat tidak akan ada selamanya. Mencari rezeki tanpa batas adalah perbuatan fasik, sementara ajal sudah jelas dan kematian sudah pasti adanya. Sebaik-baik kekayaan adalah qona’ah, sebaik-baik bekal adalah taqwa. Sebaik-baik sesuatu yang berkenaan dengan hati adalah keyakinan, dan sebaik-baik nikmat yang diberikan ALLAH adalah kesehatan.”
Salam Luar Biasa Prima!

Thursday, November 21, 2013

Mari fahami makna TAKWA.........



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
(QS. Ali Imran; 102)
***
BAHAGIA, siapa yang tidak ingin bahagia dalam hidup, setiap orang pasti berusaha untuk meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Karena bahagia adalah saat hati merasakan ketenangan, ketentraman, kedamaian, kesejukan dan semua hal yang bisa membuat hati terasa tuma’ninah. Meskipun permasalahan atau problema dalam hidup selalu datang menyapa, tapi ketika hati bahagia, sesulit apapun problema itu akan dihadapi dengan kelapangan jiwa. Manusia di kehidupannya, selalu merindukan kebahagiaan, selalu mendambakan saat-saat bahagia. Sehingga, sering kita temui diantara mereka yang berusaha sekuat tenaga untuk meraih kebahagiaan. Segala cara mereka gunakan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menghalalkan segala cara untuk meraih bahagia ini.
BAHAGIAbagi seorang muslim, bahagia itu ada dua macam. Bahagia di kehidupan dunia dan bahagia di kehidupan akhirat. Kebahagiaan dunia bisa dari segi materi, memiliki harta yang halal, memiliki keluarga sakinah, mawadah dan rahmah, memiliki keturunan yang sholeh, memiliki tetangga yang baik dan lain sebagainya. Sedangkan kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan hakiki yang didamba setiap muslim dan muslimah yaitu menjadi ahli surga dan bertemu dengan Rabbnya;  Allah Ta’ala.
Tidak seperti pengikut hedonisme yang hanya menjadikan keni’matan materi adalah sebagai tujuan utama hidupnya dan menjadikan kebahagiaan hanya sebatas pada materi saja. Maka, seorang muslim seyogyanya tidak seperti mereka. Justru tujuan hidup utama adalah untuk meraih kebahagiaan akhirat, kebahagiaan yang tidak akan pernah usang, kebahagiaan yang kekal. Karena kebahagiaan materi adalah fana, mudah hilang dan usang seiring waktu yang berlalu.
Lalu Bagaimana Cara Meraih Kebahagiaan Itu..?
Berbagai cara manusia lakukan untuk meraih bahagia. Ada yang menghalalkan segala cara, kadang sampai menyikut hak kebahagiaan orang lain. Ada pula yang menerima apa adanya karena dengan begitu ia merasa bahagia. Ada yang membuat rumus bahagia seperti matematika dengan berbagai rumusnya. Atau seperti kimia dengan racikan ramuan-ramuan tertentu dan banyak lagi.
Sebagai muslim yang mengimani Allah Ta’ala, yakin bahwa Allah telah memberikan peutunjuk praktis didalam kitab-NYA; Al-Quran –sebagai pedoman kehidupan- bagaimana seharusnya cara meraih kebahagiaan yang benar dalam pandangan-NYA. Maka, kita akan dapatkan bahwa cara jitu untuk meraih bahagia yang benar adalah dengan TAQWA. Ya, Taqwalah cara tepat untuk meraih bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Maka, TAQWA sebagaimana yang dikatakan Al-Ghazali –semoga Allah merahmatinya- adalah;
Harta simpanan yang berharga, jika anda memperolehnya maka berapa banyak anda akan mendapati permata yang mulia, kebaikan yang melimpah, rizqi yang baik, keberuntungan yang besar, harta yang meruah dan kerajaan yang agung padanya, seakan-akan semua kebaikan dunia dan akhirat terkumpul, berada di bawah naungan satu kebaikan ini, yaitu TAQWA. Perhatikanlah penyebutannya dalam al-Quran, berapa banyak Allah mengaitkannya dengan kebaikan, berapa banyak Allah janjikan atasnya dengan pahala dan balasan, berapa banyak Allah sandarkan kepadanya dengan kebahagiaan. (Minhaju al-‘Abidin, hal; 7)
Manusia bertaqwa, merekalah raja-raja dunia dan akhirat, merekalah pemilik kebahagiaan yang sejati dan kemuliaan yang agung di dunia juga di akhirat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala;
“Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha; 132)
“Dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az-Zukhruf; 35)
Lalu, Apakah Makna Taqwa itu…?
TAQWA, secara makna lughowi adalah;
Ar-Rafi’I dalam bukunya al-Mishbah berkata; “Waqaahu Allahu as-suu’ wiqaayatan : hafizhahu” (Allah memelihara ia dari keburukan yaitu; Allah menjaganya).Sedangkan al-Wiqaa-u –seperti Kitaabun- adalah; segala hal yang engkau jaga dengannya dari sesuatu.
Sedangkan TAQWA secara makna Syar’i, maka pemaparan para ulama berbeda dalam mendevinisikan Taqwa akan tetapi semuanya bersinergi dalam satu pemahaman. Yaitu, seorang hamba menjaga dirinya dari murka Allah dan adzab-NYA, hal tersebut dengan melaksanalan segala hal yang diperintahkan dan menjauhi segala hal yang dilarang.
Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata;
“Asal dari Taqwa adalah seorang hamba menjadikan antara ia dan antara yang dikhawatirkan dan diwaspadainya penjagaan yang menjaganya darinya. Maka taqwanya seorang hamba kepada Rabbnya adalah ia menjadikan penjagaan antara ia dan antara yang dikhawatirkannya dari murka, adzab dan siksaan Rabbnya, kehati-hatian yang menjaganya dari hal itu, yaitu dengan mengerjakan keta’atan dan menjauhi kema’siatan. Kadang kata “Taqwa” disandarkan kepada nama Allah Ta’ala. Apabila disandarkan kepada nama Allah maka artinya adalah; “Takutlah kamu akan murka dan azab-NYA”. kadang pula kata taqwa sering disandarkan kepada ‘iqob (siksaan) Allah, kepada neraka, atau juga kepada hari kiamat.
Dan termasuk dalam lingkup taqwa adalah mengerjakan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan, juga syubhat. Kadang juga termasuk dalam lingkupnya setelah itu adalah mengerjakan yang mandub (sunnah) dan meninggalkan yang makruh.
Ibnu Al-Qoyyim berkata;
“Hakikatnya, Taqwa itu adalah mengerjakan keta’atan kepada Allah karena iman dan mengharap pahala dari-NYA, baik berupa perintah maupun larangan.”
Maka, mengerjakan segala perintah Allah itu berlandaskan karena iman terhadap perintah-NYA, yakin akan janji-NYA. Dan meninggalkan segala larangan-NYA itu berdasarkan karena iman terhadap larangan-NYA, takut akan ancaman-NYA. Sebagaimana yang dikatakan oleh Thalaq bin Hubaib :
“Apabila fitnah menimpa, maka redamkanlah dengan Taqwa”. Mereka bertanya; ‘Apa taqwa itu?’. Ia menjawab; ‘Anda mengerjakan keta’atan kepada Allah atas dasar cahaya dari Allah, berharap pahala dari-NYA. Dan anda meninggalkan ma’siat atas dasar cahaya Allah, karena takut akan siksaan-NYA”.
Dan inilah sebaik-baiknya ucapan mengenai batasan taqwa. Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu mestilah memiliki prinsip dan tujuan. Maka suatu perbuatan itu tidak dikatakan ta’at atau bentuk qurbah sampai sumbernya itu adalah keimanan, motif dari perbuatan itu haruslah bersumber dari keimanan yang murni, bukan adat, hawa nafsu, bukan pula untuk mencari sanjungan, kekuasaan dan lain sebagainya. Tetapi, yang menjadi prinsip dari perbuatan itu haruslah kemurnian iman, sedangkan yang menjaditujuannya adalah mengharap pahala dan ridho Allah Ta’ala.
Al-‘Allamah Nu’man bin Mahmud Al-Alusy berkata;
“Taqwa adalah Mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan”.
Taqwa itu memiliki tingkatan;
Pertama; Rasa takut akan azab yang kekal dengan berlepas diri dari kesyirikan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa[1404] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-fath; 26)
Kedua; Menjauhi segala perbuatan dosa, baik dosa besar ataupun dosa kecil. Itulah yang dikenal dengan taqwa secara Syar’i, itu juga adalah makna dari Firman Allah Ta’ala; “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,…” (QS. Al-A’raf : 96) dan ini juga makna dari perkataan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz : “Taqwa adalah meninggalkan apa yang Allah haramkan dan melaksankan semua yang Allah wajibkan. Maka apa-apa yang Allah rizqikan setelah itu, itu adalah kebaikan untuk kebaikan.”
Ketiga; mensucikan diri terhadap hal yang menyibukkan bathinnya dari Allah Ta’ala. Inilah hakikat Taqwa yang dimaksud dalam firman-NYA; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran; 102). Ibnu Umar berkata; ‘Tidakkah kau perhatikan dirimu lebih baik dari orang lain?’.
Al-Ghazali –semoga Allah merahmatinya- berkata;
“Ketauhilah –semoga Allah memberikan berkah terhadap agamamu dan memperkuat keyakinanmu- bahwasanya Taqwa menurut Guru kami adalah; ‘Mensucikan hati dari dosa yang tidak didahului semisalnya, sampai mendapatkan kekuatan tekad untuk meninggalkannya sebagai penjagaan antara diri dan perbuatan ma’siat. Oleh karena itu, jika tercapai penjagaan antara hamba dan perbuatan ma’siat dari kekuatan tekadnya untuk meninggalkan maksiat itu dan ketetapan hatinya atas hal itu maka ia tersipati bahwa ia seorang muttaqi (yang menjaga), sedangkan pensucian, tekad dan penetapan itu adalah Taqwa.”
Di dalam al-Quran kata Taqwa digunakan pada tiga hal;
Pertama; Memiliki makna al-khasyyah dan al-haibah (takut). Kedua; BermaknaTa’at dan Ibadah. Dan Ketiga; Bermakna Pensucian hati dari perbuatan dosa, dan inilah hakikat Taqwa selain yang kedua pertama. Perhatikan Firman Allah berikut;
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan”. (QS. An-Nur; 52)
Dimana Allah menyebutkan pada ayat diatas Ta’at dan Takut kemudian menyebutkan kata Taqwa, oleh itulah dapat diketahui bahwa hakikat taqwa itu adalah makna selain ta’at dan takut yaitu pensucian hati dari perbuatan dosa. Kemudian mereka mengatakan; Tempat Taqwa itu ada tida; Taqwa dari perbuatan Syirik, Taqwa dari perbuatan Bid’ah, dan Taqwa dari perbuatan Maksiat.
Allah berfirman; “Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Maidah ; 93)
Taqwa yang pertama adalah memelihara diri dari syirik, sedangkan keimanan yang menjadi lawannya adalah Tauhid. Taqwa yang kedua adalah memelihara diri dari bid’ah dan keimanan yang disebutkan bersamanya adalah penetapan sunnah dan jama’ah. Sedangkan Taqwa yang ketiga adalah memelihara diri dari perbuatan maksiat dan lawannya adalah ihsan.
Dalam sebuah riwayat dalam khabar masyhur, Rosulullah Bersabda; “Hanya saja dinamai orang-orang yang bertaqwa itu dengan Muttaquun karena mereka meninggalkan sesuatu yang tidak apa-apa karena kehati-hatian terdapat apa-apa padanya”.
Abu Hurairah pernah ditanya oleh seseorang tentang taqwa lalu ia kembali bertanya kepada orang tersebut; ‘Pernahkah kamu melewati jalan yang berduri?’, Ia menjawab; ‘iya, pernah’. Abu Hurairah kembali bertanya; ‘Apa yang kau lakukan?’. Ia menjawab; ‘Apabila saya melihat ada duri, saya segera menjauhinya atau melangkahinya atau membuangnya’. Abu hurairah berkata; ‘Itulah Taqwa’.”
Inilah makna taqwa menurut para Ulama, begitu luas makna taqwa ini, begitu dalam makna yang terkandung pada kata Taqwa ini. Sehingga siapa saja yang memahami makna taqwa ini kemudian ia menjadikannya sebagai pakaian dirinya terlebih lagi membekali dirinya dengan taqwa ini, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Inilah hakikat taqwa, memelihara dan mensucikan hati dari segala bentuk perbuatan dosa. Kemudian bersungguh-sungguh dalam menjalankan keta’atan dan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah. Dengan demikian Allah pun akan memberikan kebahagiaan yang berlipat kepada hamba-Nya yang bertaqwa.
Jika kita terapkan taqwa dalam kehidupan dunia kita. Terlebih lagi untuk mencapai kebahagiaan, maka taqwa adalah cara jitu dan ampuh untuk meraih bahagia. Bagaimana tidak, kesucian diri, kebersihan hati adalah sumber utama dalam menggapai bahagia. Dan Taqwa hakikatnya adalah membersihkan hati dari segala hal yang akan mengotorinya. Dengan demikian bahagia akan menjelma kepada mereka yang membersihkan hatinya. Bukan dengan menghalalkan segala cara, atau dengan mengambil yang bukan menjadi haknya.
Oleh karena itulah, meraih bahagia yang paling sempurna adalah dengan Taqwa kepada Allah Rabb Semesta. Bukan hanya kebahagiaan dunia yang akan diraih, tetapi juga Allah menjanjikan kebahgiaan akhirat dengan pesona surga yang indah dan pertemuan dengan-NYA kelak.
Maka, pakailah pakaian Taqwa, bekali diri dengan sebaiknya bekal, yaitu taqwa. Bersihkan diri dari segala hal yang akan mengotorinya jika bahagia ingin dirasa. Semoga kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Amin.
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan”. (QS. An-Nur; 52)

Wednesday, November 13, 2013

Cerpen:Jiranku Mat black


"Mat !..bila lagi ni nak kawen..usiapun dah larut..kalau tua nanti manalah ada gadis gadis yang sudi"
 itulah senda gurau yang sering aku luntarkan kepada Mat black setiap kali Aku pulang kekampung menjengok kebun dan rumah..
"Eh..manalah ada gadis kampung ni yang sudi kat Saya..tak handsom..hitam macam Negro..kalau ada janda dan Dara yangi sudi manalah
 Saya ada kuasa untuk mencari mahar yang semakin hari semakin mahal dan tinggi macam bukit Sangkalakiri getah naik mahar pun naik..Emas naik mahar pun naik..Kelapa naik mahar pun naik..minyak naik maharpun naik..nampaknya atas dunia ni Saya tak ada kesempatan nak kawen"
Itulah luahan Mat black yang sering Dia hamburkan kepadaku setiap kali aku bertanya  hal kawen..

   Mat black, itulah nickname yang diberikan  oleh budak budak dikampung Bongor Tanjungmas..kerana kulitnya yang agak gelap tapi mudah mesra dan tak ringan tulang kalau ada khenduri atau ada penduduk 
kampung yang sakit atau mati..walaupun orang Kampung memanggilnya dengan mat black tapi dia hanya senyum menerima saja..
" Biarlah hitam kulit asal jangan hitam hati.."jawabnya dengan senyum manis menampakan gigi putih macam iklan ubat gigi satu jenama yang menunujukan gigi yang putih melepak..

   Dia bukan tak nak kawen ,,Ibunya Meknab sering merungut, kadang kadang bagai mau menangis suruh Dia kawen..tapi dia tetap senyum yang merupakan karektornya sejak dari kecil..setahu aku sudah tiga orang  gadis dipinangnya..mula mula Meksom anak jali..tapi maharnya 100 ribu bat..sebulan mat menyembunyikan diri malu nak keluar minum dikedai kopi,, 
Kali kedua Dia merisik timah anak Deraning atas bukit..110 ribu bat maharnya,,sekali lagi Mat terpaksa meminta maaf kerana dia tidak berupaya mencari wang sebanyak itu...usah 100 ribu kata Mat..50 ribu pun Dia tak tahu nak korek bukit mana..padahal Timah anak Deraning tu bukan comel..gigipun rongak sebatang bukan putih cuma tinggi sikit..2 bulan mat tak pergi kekedai kopi dan tak pergi Masjid kerana malu nak beristeri tak ada duit...

  Usianya terus meningkat..dah hampir 40..Meknab ibunya melamar seorang janda yang suaminya mati kena tembak,..maharnya 50 ribu bat..mat termenung melihat awan yang berarak dan burung yang galak pulang
kesarang..Dia merungut perlahan..janda yang telah kawen 7 tahun pun 50 ribu..padahal sudah beribu kali  daranya dihantam Suami,,,lalu Mat black membuat keputusan tidak akan kawen lagi.denga perempuan atas dunia...kalau ada rezki dia akan kawen dengan Bidadari dalam syurga ...maharnya dengan amalan dan kebajikan..

  Sewaktu berusia 40an Dia ditimpa pelbagai penyakit..kencing manis.darah tingigi.penyakit buah pinggang dan jantung.. nak pergi kehospital manalah duit..lagipun siapa nak tunggu Dia dihospital..Meknab Ibunya sudah tua
berjalanpun memakai tongkat..Pesah adiknya pun tak boleh tunggu lama lama,Anaknya ramai..kecil kecil pula..terpaksalah mat black berubat cara tradisnal..merebus pelbagai herba..akar sepelas,,akar nangka..akar sagu yang menghala kiblat..Mat black semakin sarat dan tenat..
  Kelmarin,selesai Asar Aku mendapat panggilan dari Haron Anak saudaraku memberitahu Mat black telah meninggal dunia diteratak usangnya, 
  Aku hanya dapat menghantar sejambak alfatihah dan segugus qulhuallah..
  dan Aku cuba mengimbas kembali perjalanan pahit kehidupannya ..yang aku tahu itu bukan pilihannya..

Teknik membina diri agar berpandangan positif


1.    Mulakan Hari Anda Secara Positif
       ●  Mulakan hari anda dengan memberi senyuman kepada diri sendiri, mendoakan diri 
            sendiri, ahli keluarga dan orang lain. 
       ●  Berikan input positif (kata-kata dorongan) kepada diri sendiri.

2.    Pamerkan Penampilan Positif
       ●  Kekemasan diri - tampil bersih, kemas dan bergaya.
       ●  Selalu memberikan senyuman - perwatakan ceria.
       ●  Menyapa orang dengan ikhlas - bina hubungan kemanusiaan.
       ●  Menghormati orang lain - sifat yang dihormati.
       ●  Suka memberi pertolongan - Sikap ringat tulang.

3.    Bina Disiplin Diri Yang Tinggi
       ●  Laksanakan tugas dengan betul, menepati masa, mematuhi peraturan, menjaga 
           kebersihan, menjaga keselamatan dan menghindari gosip tempat kerja.

4.    Hapuskan Budaya Mencari Alasan
       ●  Anggap semua alasan menjadi penghalang kepada kejayaan.
       ●  Hapuskan juga budaya memberi sebab kepada alasan.

5.    Hapuskan Budaya Takut Membuat Salah
       ●  Hapuskan juga budaya menyorokkan kesilapan.
       ●  Walaupun manusia belajar dari kesilapan, tetapi jangan anggap membuat kesalahan 
           sebagai satu kelebihan.

6.    Ambil Risiko
       ●  Masa depan adalah kepunyaan mereka yang berani mengambil risiko.

7.    Merancang Kerja
       ●  Rancang apa yang perlu dilakukan, tempuh kerja dan peralatan yang diperlukan.

8.    Susun Keutamaan Tugas
       ●  Susun keutamaan berpandukan keutamaan kepentingan dan keperluan semasa dan 
           harus selalu semak dan buat susun-atur keutamaan dari masa kesemasa.

9.    Jangan Tangguhkan Kerja
       ●  Anggap penangguhan kerja akan menjadikan anda orang yang malas.

10. Tingkatkan Tahap Toleransi Diri
       ●  Walau dimana anda berada, anda pasti akan berhadapan dengan orang yang memiliki 
           pelbagai kepercayaan dan tingkah laku. 
       ●  Meningkatkan tahap toleransi diri merupakan jalan terbaik untuk berhadapan dengan
           pelbagai orang.

11. Membina Inisiatif
       ●  Laksanakan tugas tanpa disuruh.
       ●  Laksanakan tugas yang berkualiti walaupun tanpa pengawasan pihak lain.

12. Berikan Komitmen Kepada Tugas
       ●  Tumpukan perhatian kepada apa yang mahu dilakukan, kaedah yang dipilih dan tempuh 
           yang ditetapkan.
       ●  Anggarkan juga apakah halangan dan kesukaran yang akan ditempuh.
       ●  Buat persediaan untuk menempuh segala situasi.

13. Sesuaikan Diri Kepada Perubahan
       ●  Perubahan harus didampingi bukan dijauhi.
       ●  Kenalpasti perubahan yang bakal ditempuh sebelum mendekainya.
       ●  Rancang cara menyesuaikan diri dengan menggunakan kelebihan yang dimiliki.

14. Fokus Kepada Kekuatan Diri
       ●  Kebanyakkan perkara buruk yang anda fikirkan berkaitan diri sendiri sebenarnya 
           tidaklah seburuk mana, ia lebih berkaitan kelemahan yang boleh diatasi.

15. Fokus Kepada Keputusan
       ●  Berfikir mengenai kesulitan akan menggugat kekuatan diri.
       ●  Fokuskan kepada proses dan keputusan yang dimahukan dan jangan selalu fikirkan
           kesulitan.

16. Kawal Prestasi Kerja
       ●  Buat pengawasan kerja dari masa kesemasa.
       ●  Dapatkan pandangan dan nasihat orang lain.
       ●  Soal diri sendiri apa yang masih belum dilakukan, bagaimana untuk lakukan dengan 
           lebih berkesan, perkara yang boleh meningkatkan kualiti kerja dan perkara lain yang 
           boleh dijadikan pengukur prestasi kerja anda.

17. Cipta dan Gunakan Peluang
       ●  Peluang selalunya tidak datang kepada anda dengan sendirinya. 
       ●  Anda harus mencipta peluang itu sendiri, kerana peluang ada dimana-mana.
       ●  Gunakan peluang sebaik mungkin kerana tidak semua orang mendapat peluang. 

18. Uruskan Kemarahan
       ●  Kemarahan yang tidak terkawal boleh memberi kesan buruk kepada personaliti dan 
           kerjaya.
       ●  Hindari orang atau suasana yang boleh meransang kmarahan anda.
       ●  Diamkan diri semasa anda marah, dan bercakap hanya selepas anda berjaya 
           mengawal kemarahan anda.
       ●  Tingkatkan kekuatan diri untuk memaafkan dan melupakan.

19. Uruskan Stres
       ●  Stres adalah kehidupan dan kehidupan adalah stres.
       ●  Libatkan diri dengan aktiviti sukan dan rekreasi.
       ●  Rancangkan penggunaan masa secara efektif.
       ●  Amalkan sikap bertolak ansur.
       ●  Belajar cara menguruskan stres dari pelbagai aspek.

20. Belajar dan Terus Belajar
       ●  Jadikan belajar secara berterusan sebagai agenda penting dalam kehidupan.